Running Text

Kalau ada orang yang bilang "jujur saya katakan" atau "kalau boleh jujur", maka kemungkinan besar orang itu terbiasa dengan ketidakjujuran (pembohong)

Pekik Sahur

Sepulang dari Nobar di Pasar Segar bersama-sama dengan Hari Dermanto, Wawan Sanjaya, Wamustofa Hamzah, dan Powerman Putra Patandung, ku sempatkan untuk mampir makan soto di depan Rutan. Karena bersamaan dengan waktu sahur pertama di tahun 2014, maka pengunjungnya pun agak ramai meskipun hujan rintik-rintik.

Sesaat terdengar pengumuman yang dilakukan oleh petugas Rutan yang menandakan bahwa waktu sahur telah tiba. Maka saat itu pula bayangan di kepalaku muncul tampilan kenangan di tahun 2011 kala aku mengabdi pada negara di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, tepatnya Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Nunukan. Serasa ingin kembali ke sana untuk berbagi kebahagiaan dan sukacita di masa-masa ramadhan dengan orang-orang yang ku kenal di sana.

Jadwal piket di Lapas/Rutan biasanya per hari, siang-pagi-malam-libur. Namun ada juga yang per 2 hari dengan urutan yang sama, dan ada juga yang setelah piket pagi dilanjutkan dengan piket malam dan libur 2 hari. Di tempatku menggunakan pola per hari siang-pagi-malam-libur, pola yang sesungguhnya minim istirahat. Karena jatah libur sudah termasuk dengan sisa piket malam (contoh: di hari rabu piket malam, selesai piketnya di hari kamis pagi, dan di hari kamis itu juga jadwal libur).

Hampir setiap piket malam, menjelang jam 12 aku memastikan koki sudah berada di dapur untuk memasak, dan sekitar jam setengah 3 aku mengingatkan Tamping Masjid untuk menakbirkan sahur di mushala Darul Taubah di dalam Lapas. Bukan bermaksud untuk unjuk diri, aku cuma berusaha menggeser kebiasaan tugas-tugas aktivitas penghuni diserahkan sepenuhnya kepada Tamping (pemuka atau orang kepercayaan petugas karena telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, seperti Tamping Blok, Tamping Dapur, dan lain sebagainya). Selalu kupatri dalam pikiranku, bahwa jam malam adalah jam rawan, meskipun para penghuni sudah dalam keadaan terkunci di dalam kamar, dan setiap lapisan jeruji telah dikunci. Namun mereka tetaplah manusia, makhluk berakal, makhluk pemikir, yang bisa berbuat sesuatu di luar pengawalan atau pengetahuan petugas. Sehingga, segala potensi-potensi harus tetap diwaspadai, seramah dan sebaik apapun penghuni itu. Maka istilah "hanya ada 2 yang ku percaya, aku dan bukan kamu" yang selalu ku ucap dalam hati dan pikiran di saat memasuki wilayah Lapas.

Setelah Tamping Masjid mengumumkan, aku pun mulai berkeliling mengunjungi hampir tiap kamar yang ada. Kecuali Blok Wanita, hanya sebatas di pintu Blok. Banyak cara yang ku gunakan, mulai dari lawakan maupun serius. Semua tergantung kondisi persahabatan yang terbangun dan kebutuhanku ke depannya. Kemudian sekitar jam 3, formasi penjagaan berubah dan dilengkapi dengan beberapa pejabat struktural. Karena di jam tersebut diadakan pembagian jatah makan sahur keliling.

Kalau di waktu orang-orang berpuasa, entah aku dalam posisi piket siang maupun piket pagi, aku tetap beraktivitas seperti halnya tidak dalam bulan ramadhan. Makan di tempat biasa (pos jaga), merokok di manapun aku berada. Meskipun budaya yang terbangun, kulihat secara sembunyi-sembunyi dalam hal makan ataupun merokok. Dari pengakuan-pengakuan yang ku dapat (kebanyakan dari yang muslim), ada yang takut ketahuan petugas kalau tidak berpuasa, ada juga yang takut dilaporkan keluarganya oleh penghuni yang lain. Aku pun hanya bisa menyindir mereka perihal ketidakmampuan pribadi mereka dalam mempertanggungjawabkan apa yang ia perbuat sendiri. Namun ada juga yang memberanikan diri memperingatkanku agar menghormati orang yang sedang berpuasa. Maka aku pun meminta penghormatan terhadap orang yang tidak berpuasa karena yang tidak berpuasa juga manusia, dan aku jelaskan secukupnya dengan bahasa yang kubuat sesederhana mungkin, semoga mereka mengerti.

Tidak hanya penghuni, ada juga petugas lainnya yang mencoba memperingatkanku dengan berbagai cara. Aku pun tetap menuntut hakku untuk beraktivitas sebagaimana manusia seperti biasanya. Terserahlah mereka mau mengerti atau tidak, setidaknya aku berusaha menggeser paradigma kaku mengenai puasa meskipun aku bukan muslim seperti yang tertulis di KTP-ku. Berjalannya waktu, ada mulai bergeser, ada juga yang masih bertahan.

Lalu, biasanya di antara jam 9 hingga jam 11, ada kegiatan keagamaan selama bulan puasa. Itu pun masih harus memanggil sendiri tiap orang yang namanya sudah ditentukan dengan memasuki kamarnya, sampai melihat orangnya langsung. Ada yang tiba-tiba sakit, ada yang antusias, ada yang mengulur-ulur waktu, ya macam-macam lah. Bagi yang tiba-tiba sakit dan mengulur-ulur waktu, ku ingatkan mereka mengenai hak-hak mereka yang bisa saja terpangkas karena enggan mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan yang diadakan Lapas.

Ada yang lebih asyik, para penghuni dan petugas tetap bersemangat berolahraga di sore hari. Mulai dari bermain sepakbola, sepak takraw, bola voli, dan tenis meja, meskipun kebanyakan dari mereka sedang berpuasa.


Kenangan di atas membuatku merindu untuk kembali ke sana, bersama semua orang yang ku kenal dan yang mengenaliku. Namun Surat Pemberhentian Dengan Hormat Atas Permintaan Sendiri sudah ku terima, aku telah purna di November 2012. Semoga yang baik-baik bisa diterima, dan yang tidak baik selalu diingat mereka agar menjadi bahan koreksi bagiku kala bertemu di waktu ke depan.



Balikpapan, 29 Juni 2014
Bertempur melawan kantuk, menghasilkan tulisan sederhana ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar